(Makna Perjuangan, Persatuan serta Dukungan dari Tatar Sunda dalam Kirab Budaya & Olimpiade Olahraga Tradisional) Dukung Bersama Asian Games 2018

By Sendaewardah - Juli 10, 2018



Euforia masyarakat Indonesia dalam menyambut Asian Games 2018 yang tinggal kurang lebih satu bulan lagi semakin terasa. Beragam spanduk, baliho, dan lain-lain sudah sejak lama terpasang di berbagai sudut-sudut yang menarik mata. Di televisi pun pemberitan tentang Asian Games 2018 sudah menjadi santapan setiap hari. Belum lagi campaign di media sosial yang sangat gencar di lakukan setiap pihak. Dukungan mengalir dari beragam kalangan, beragam bentuk dan beragam aksi. Hal ini sangat wajar karena ini kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games setelah sempat menjadi tuan rumah 56 tahun yang lalu. Oleh karena itu jelas terlihat bahwa masyarakat Indonesia sangat antusias menyambut pesta Olahraga terbesar se-Asia ini.

Salah satu dukungan tersebut ditunjukan oleh segenap sivitas akademik Universitas Padjadjaran, baik mahasiswa, tenaga kependidikan di lingkungan Unpad serta perwakilan masyarakat umum lewat sebuah kolaborasi yaitu Pre Event Asian Games 2018 dengan Olimpiade Olahraga Tradiosonal. Acara ini digelar sebagai wujud konkret dukungan dari warga Jawa Barat terutama dari Unpad sendiri. Serta  komitmen partisipasi masyarakat dalam mendukung upaya Indonesia dalam menyelenggarakan Asian Games. Dengan digelarnya acara ini, diharapkan masyarakat dari Jawa Barat bisa melahirkan energi yang besar untuk Indonesia. Saya sendiri, sebagai mahasiswa yang juga peserta dari Pre Event ini pun merasa ada kebanggaan tersendiri ketika daerah asal bahkan universitas tempat saya menuntut ilmu ikut mendukung hajat besar ini.

Parade Budaya dari Negara Arab Saudi oleh Fakultas Ilmu Budaya
(Sumber : Autokawe)


Pagelaran yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2018 di kampus Unpad, Jalan Dipati Ukur, Bandung, ini menyuguhkan parade atau kirab budaya negara-negara peserta Asian Games 2018, serta eksibisi dalam bentuk Olimpiade Olahraga Tradisional. Kirab budaya ini diikuti oleh para seluruh sivitas akademik, bahkan para petugas kebersihan pun turut serta meramaikan. Secara pasti parade ini memperkenalkan budaya dari 46 peserta Asian Games 2018 sekaligus mensosialisasikan ajang olahraga se-Asia tersebut. Energy of Asia yang sering digaung-gaungkan terasa atmosfirnya bahkan saat para peserta ini hampir seluruhnya masyarakat Indonesia. Ini pun bisa disebut sebagai representasi dari persatuan. Lihat bagaimana banyaknya budaya bisa menyatu dalam sebuah Event terbesar se-Asia ini. Selesai parade dilanjutkan oleh Olimpiade Olahraga Tradisional (Ootrad). Olimpiade ini menampilkan Olahraga tradisional dari Jawa Barat yaitu Balap Karung, Egrang, Manggul Suluh, Ngagandong Boboko, dan Lomba Bakiak.

Saya sebagai Kontingen Atlet Olimpiade Olahraga Tradisional

Saya tertarik dengan lomba Balap Karung karena olahraga ini
memiliki kedekatan khusus dengan saya terlebih balap karung mengandung filosofi dari tiga maskot Asian Games sekarang. Balap karung selalu ada di setiap perayaan kemerdekaan negara kita. Yang menarik adalah bagaimana semangat perjuangan yaitu upaya menggapai garis finis dengan gigih didalamnya. Bagi yang belum pernah melakukannya, balap karung sangatlah tidak mudah. Kita harus memiliki kekuatan untuk mengangkat badan kita. Meloncat kesana kemari dan harus tetap berada di Line yang telah ditentukan. Lalu kita pun harus mempunyai keseimbangan yang baik, juga ketenangan. Keseimbangan ini penting tatkala peserta lomba tersebut memacu kecepatan. Posisi kita saat melakukannya juga mempengaruhi kecepatan. Kemudian karung yang membuat keterbatasan gerak kaki ini mengharuskan kita untuk memutar otak bagaimana strategi yang harus dilakukan agar kita tetap seimbang.


Perjuangan di Lomba Balap Karung

Lihat? Bagaimana balap karung saja sudah memenuhi ketiga filosofi yang saya tulis diatas tadi. Kecepatan. Kekuatan. Dan strategi. Belum lagi perjuangan jatuh bangunnya serta jangan lupa perasaan malu saat terjatuh dengan keadaan muka tidak bisa terkontrol tersebut. Saya sudah merasa jadi atlet sungguhan. Setelah beres mengikuti lomba, saya merenungkan apa yang saya lakukan tadi. Ternyata untuk sekedar balap karung yang menurut saya “tidak terlalu” serius dan menyenangkan, kita harus tetap berjuang dengan gigih. Apalagi yang mengikuti ajang perlombaan Olahraga “sungguhan” seperti berbagai Cabang lomba Asian Games 2018? Bahkan berjuang dengan gigih saja tidak cukup. Saya tetap membutuhkan teman-teman saya untuk menyemangati ketika saya sebenarnya sudah merasa capek dan tidak ingin melanjutkan pertandingan.
Sama hal nya dengan para putra-putri kebanggaan bangsa. Mereka hebat, tentu. Mereka bisa menyisihkan para pesaing lain yang akan mewakili nama Indonesia nanti. Tapi bukan berarti mereka sudah tidak perlu dukungan dari kita. Mereka membutuhkan itu. Toh, mereka pun juga manusia, yang bisa jatuh mental berjuangnya (semoga tidak ya). Dari sini lah kita dukung, kita berikan dorongan untuk mereka untuk tetap semangat, tetap melakukan yang terbaik, menyelesaikan tugasnya dengan penuh totalitas. Menang mah bonus. Yang terpenting adalah bagaimana mereka menjaga nama baik bangsa dengan bermain secara fair disana.
Lewat Pre Event Asian Games serta Olimpiade Olahraga Tradisional yang diselenggarakan Unpad dan didukung oleh dua kementrian yaitu Kemenpora dan Kemkominfo, saya belajar bahwa tidak apa-apa menjadi seseorang yang mendukung di belakang. Karena terkadang “dukungan” kita lah yang membuat orang lain semangat dan tambah semangat. Jadi, apa yang kita tunggu? Mari #Dukungbersama lewat berbagai doa, aksi, dan agar Indonesia bisa menjamu para tamunya dengan baik, serta kontingennya nanti bisa melakukan yang terbaik. Para putra-putri terbaik bangsa membutuhkan dukungan kita, dan kita pun membutuhkan mereka untuk menjadikan Indonesia sebagai Macan Asia!

Edit : Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition yang diadakan oleh Ditjen IKP KOminfo dan mendapatkan hadiah hiburan.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar