Sejak kecil, aku punya persepsi tentang orang dewasa yang entah mengapa selalu terlihat hebat dimataku. Mereka melakukan aktifitas berulang tanpa henti seperti bangun-bersiap-bekerja-beristirahat. Apapun pekerjaan yang mereka lakukan, aku selalu takjub akan konsistensitas mereka. Akan tetapi, seringkali orang dewasa terlihat aneh dan berat. Mereka seakan tidak pernah merasa puas dengan kekayaan, sangat berhasrat untuk berkuasa, melakukan rutinitas mereka tanpa sukacita dan kebahagiaan. Seakan mereka kehilangan esensi dalam hidupnya. Kadang, aku penasaran dan ingin bertanya apakah mereka pernah merindukan masa kanak-kanak? Apakah mereka pernah berpikir tentang kepolosan mereka saat kecil?
Pertanyaanku
terjawab, meskipun tidak sepenuhnya, yaitu ketika aku membaca buku Le
Petit Prince karya Antonie da Saint Exupery. Melalui teknik
penceritaannya yang dongeng banget, Saint Exupery membahas sebuah
renungan mendalam tentang kehidupan dan sifat manusia. Kita bisa melihatnya
dari dua sisi. Sebagai orang dewasa atau sebagai anak kecil. Ketika saya
membaca ini dari sudut pandang orang dewasa saya merasa bahwa buku ini ingin
mengingatkan kita agar kita tidak lupa akan elemen-elemen positif anak kecil
yang pernah melekat sewaktu kita masih kanak-kanak.
source: pinterest
Buku sarat makna ini
memang unik. disatu sisi ia menyajikan sebuah kisah fantasi antara seorang
Pilot dengan Pangeran cilik yang berasal dari sebuah planet. Tapi disisi lain
ia juga menceritakan kisah bagaimana orang dewasa berhadapan dengan anak kecil
dan anak tersebut bisa membawa kembali ingatan akan masa kecil orang tersebut.
Buku ini menceritakan setiap bab demi bab dengan detail, serta runtut.
Selain itu didukung dengan ilustrasi dan pembendaharaan kata yang imajinatif.
Penggambaran
ke-aneh-an orang dewasa dibahas dengan diwakili oleh narasi tentang enam
manusia yang masing-masing menggambarkan perspektif aneh dari orang dewasa.
Cerita dimulai dengan tokoh saya yang merupakan seorang pilot. Ia terdampar
disebuah gurun sahara. Perlu diketahui bahwa pilot itu dulunya merupakan
seorang anak yang sangat imajinatif dan punya mimpi besar sebagai seorang
pelukis. Tapi mimpi itu terpaksa ia bunuh karena orang dewasa disekitarnya
sangat meremehkan dan tidak mengerti tentang gambar-gambar yang ia buat.
Akhirnya ia mutuskan belajar ilmu pasti seperti matematika, geografi dan
lainlain. Pilot ini tengah kebingungan untuk menyelamatkan diri dari gurun
tersebut.
Ditengah kebingungan
itu muncul seorang anak kecil yang ternyata adalah seorang Pangeran dari seuah
planet kecil –lebih sejenis Asteroid bernama Asteroid B 612 –yang meminta untuk
dibuatkan seekor biri-biri. Setelah perdebatan panjang akhirnya mereka berdua
telibat sebuah perincangan yang nyambung satu sama lain. Pilot itupun
mendengarkan cerita pangeran tentang tempat tinggalnya. Planet asal pangeran
tersebut merupakan sebuah asteroid kecil. Saking kecilnya ia bisa menyaksikan
sunset sebanyak 43 kali dengan cara menggeser kursinya saja. Akan tetapi
disana tumbuh sebuah pohon yang sangat mengganggu , karena pohon tersebut besar
sementara planet mereka kecil. Akhirnya ia menjelajah asteroid lain.
Disinilah
penggambaran tentang keanehan orang dewasa dimulai. Yang pertama ia mendatangi
seorang raja. Ia mengklaim bahwa ia adalah penguasa semua bintang-bintang.
Pangeran merasa aneh karena disana segala sesuatu harus terjadi sesuai
perintahnya. “Tuanku, apa yang Tuan perintahkan?” “Segalanya,” (Bab
10/ Chapter X). Padahal tidak semua. Ketika Pangeran meminta untuk
membenamkan matahari raja tersebut tidak bisa memerintahkannya langsung. Karena
jangkauan raja akan Matahari sangat jauh sehingga ia harus menunggu terlebih
dahulu. Hal ini menggambarkan sifat manusia yang angkuh dan sombong ketika
ia menguasai satu bidang, padahal dunia lebih luas dari itu, ilmu pengetahuan
pun lebih banyak dari itu.
Lalu pangeran
melanjutkan ke Planet lain, dan akhirnya ia bertemu dengan orang yang gila akan
pujian. Ia ingin dihormati, dan dianggap sebagai orang paling tampan, kaya,
pintar diplanetnya yang hanya ia tinggali seorang diri. Orang itu tidak ingin
mendengar apapun diplnetnya kecuali pujian untuknya. Hal ini amat ganjil dan
aneh menurut pangeran, sebagaimana keanehan orang dewasa yang ingin
selalu dipuji sebagai orang yang ‘Paling’ diantara yang lainnya. Akan
tetapi disini ia hanya tinggal seorang diri. Lantas ia harus membandingkan diri
dengan siapa?.
Lalu Pangeran bertemu
dengan seorang pemabuk di planet ketiga. Dan anehnya, pemabuk itu bilang
bahwa ia mabuk untuk melupakan betapa mabuk itu hal yang memalukan. Ia ingin
melupakan rasanya malunya akibat mabuk dengan mabuk. Pangeran semakin bingung
dengan orang yang ditemuinya ini. Ia berkesimpulan bahwa orang dewasa selalu
berbelit-belit, membuat susah perkara yang harusnya bisa jadi mudah.
Di planet ke 329 ia
kembali menemui orang dewasa yang aneh. Yaitu seseorang yang mengklaim bintang
sebagai hartanya. Ia terus menerus menghitung bintang terseut dan menganggap
semakin banyak bintang miliknya maka semakin kayalah ia. Padahal menurut
pangeran, ia baru bisa memiliki bintang terseut ketika bintang tersebut dijaga
dan dipelihara sampai memberi manfaat padanya. Sedangkan orang ini, untuk
membawa bintangnya saja susah bagaimana memilikinya. Ini menggambarkan betapa
serakahnya manusia. Planet terakhir milik seorang penjaga lampu. Ia
mempunyai tugas untuk menyalakan lampu pada pagi hari dan memadamkannya pada
malam hari. Begitu terus sampai ia kehilangan waktu untuk tidur. Tapi orang itu
tidak pernah melalaikan tugasnya. Pangeran sangat berempati pada orang ini
dibandingkan keempat orang lain.
A Fox (Source: here)
Akhirnya ia turun kebumi dan terdampar di gurun sahara. Sebelum berjumpa dengan si Pilot, ia sempat bertemu dengan seekor rubah. Disini ia mendapat pelajaran bahwa ian tidak bisa melihat seseorang dari luarnya dulu. Ia harus mengenal lebih dekat dulu untuk melihat siapa sebenarnya orang tersebut. Dalam buku diceritakan ketika pangeran ingin berteman dengan sang rubah ia harus menjinakan terlebih dahulu. Ia tidak menghakimi sang rubah berdasarkan penampilan luarnya. Padahal rubah terkenal dengan sifat ‘Licik’.
Cerita diakhiri dengan monolog pilot tersebut yang diselamatkan setelah 6 bulan terkatung-katung bersama pangeran. Tapi ia mendapat banyak pengajaran terlebih tentang kenangan masa kecilnya. Tentang segala sesuatu yang akan berubah suatu saat anti. Tentang orang dewasa yang tidak pernah mengerti.